NIINDO – Lebih dari 40 persen lokasi perumahan sementara bagi orang-orang yang terkena dampak gempa besar yang melanda Semenanjung Noto dan daerah sekitarnya pada 1 Januari lalu berisiko mengalami tanah longsor dan banjir. Demikian informasi yang diperoleh NHK.
Pada bulan lalu NHK menanyakan kepada sembilan pemerintah kota di wilayah Noto mengenai risiko bencana yang dipicu hujan di perumahan sementara. Musim hujan dimulai di daerah tersebut pada 22 Juni.
Survei tersebut menemukan bahwa dari 159 lokasi permukiman sementara, termasuk lokasi yang direncanakan, 42 persennya berada di kawasan yang terancam banjir dan tanah longsor.
Dari jumlah tersebut, 48 lokasi terancam banjir dan 29 lokasi terancam longsor. Beberapa di antaranya berisiko terkena banjir dan tanah longsor.
Baca juga : Produsen Pakaian Jepang Makin Serius Upayakan Daur Ulang
Pemerintah kota-kota itu beralasan daerah berbahaya tersebut dipilih antara lain karena sulitnya mendapatkan lahan, kenyamanan, dan keinginan yang kuat dari para pengungsi.
Ketika ditanya tentang langkah-langkah untuk melindungi pengungsi dari kemungkinan bencana, banyak pemerintah kota mengatakan membagikan peta risiko bencana.
Beberapa pemerintah kota juga memberikan informasi kepada warga mengenai lokasi dan rute evakuasi sebelum mereka pindah. Pemerintah kota lainnya mengatakan bekerja sama dengan asosiasi masyarakat setempat untuk memastikan keselamatan warga jika terjadi bencana.
Dikutip dari NHK News