NIINDO – Banyak pemilik usaha di Jepang kesulitan mendapatkan jumlah pekerja yang memadai untuk tetap bertahan. Jumlah yang menyatakan bangkrut sebagai dampaknya mencapai rekor tertinggi pada paruh pertama tahun ini.
Perusahaan riset swasta Teikoku Databank mengatakan kekurangan tenaga kerja di Jepang menyebabkan 182 perusahaan bangkrut antara Januari hingga Juni. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 72 dibandingkan tahun lalu. Ini merupakan angka tertinggi sejak perusahaan itu mulai melakukan pencatatan.
Sebanyak 53 perusahaan berada di industri konstruksi dan 27 di bidang logistik. Kedua sektor ini menyumbang sekitar 40 persen dari seluruh kebangkrutan.
Baca juga : Jepang Akan Pertahankan Tingkat Tunjangan Pensiun
Perusahaan riset tersebut mengatakan peraturan baru yang ketat mengenai lembur di kedua industri itu mempersulit perusahaan untuk menarik tenaga kerja.
Dikatakan bahwa sekitar 80 persen kebangkrutan terjadi pada operasi dengan jumlah karyawan di bawah 10 orang yang mengisyaratkan bahwa perusahaan-perusahaan kecil lebih sulit mencari pekerja.
Pejabat Teikoku Databank mengatakan makin banyak perusahaan yang menawarkan gaji lebih tinggi untuk mengatasi masalah ini. Mereka mengatakan para pekerja makin menghindari perusahaan yang tidak siap untuk menawarkan upah yang lebih besar.
Dikutip dari NHK World Japan