NIINDO – Satu tahun setelah Jepang secara penuh membuka perbatasannya bagi pengunjung asing, wisatawan yang datang melonjak jumlahnya. Kedatangan pada Agustus melampaui 2,15 juta, atau sekitar 85 persen dari level sebelum pandemi.
Namun, industri pelayanan tamu Jepang mengalami kesulitan untuk mengimbangi permintaan. Salah satu kekhawatiran yang mendesak adalah tidak mencukupinya jumlah pemandu tur berkualifikasi. Kekurangan tersebut sedemikian parah, sehingga memaksa sejumlah perusahaan untuk menolak tamu.
BACA JUGA : Jepang dan ASEAN Targetkan Pariwisata Berkelanjutan
Biasanya, pemandu wisata yang menerima bayaran di Jepang harus mendapatkan kualifikasi nasional. Hal ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Mereka harus menunjukkan kemampuan bahasa asing, serta juga pengetahuan luas mengenai sejarah, geografi, dan budaya Jepang.
Setiap tahun, hanya sekitar 10 persen pemohon yang bisa lulus ujiannya.
Pada 2018, undang-undang direvisi untuk memungkinkan orang yang tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi pemandu berbayar. Namun, pemandu berkualifikasi yang saat ini jumlahnya 27.000 orang lebih, masih dianggap premium.