NIINDO.COM – Belakangan ini, promosi jabatan tidak lagi menarik bagi beberapa pekerja muda atau generasi milenial. Para generasi milenial kini lebih mengutamakan work-life balance alias keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Hal ini pula yang dialami oleh banyak anak muda di Jepang. Dalam survei tahun 2023, 77% dari 1.116 pekerja kantoran di Negeri Sakuta melaporkan bahwa mereka tidak ingin menjadi manajer. Jajak pendapat lain terhadap 100 orang berusia 20-an menemukan bahwa tunjangan dan kualitas hidup adalah hal terpenting yang mereka cari dalam suatu pekerjaan. Dua hal itu lebih penting daripada reputasi perusahaan atau kemajuan karier.
“Negara saya sejak lama dikenal dengan budaya kerjanya yang tiada henti. Sebelum pandemi ini, banyak pekerja yang menerima bahwa lembur terus-menerus, bersosialisasi pada saat happy hour, dan tetap berada di kantor sampai bos pulang adalah hal-hal yang harus dilakukan agar bisa maju. Kini, tampaknya promosi dan jabatan yang mencolok tak lagi memotivasi karyawan,” kata Yoko Tamura, seorang penerjemah dan editor yang telah 18 tahun bekerja di Tokyo, seperti dilansir CNBC Make It, Rabu (20/3/2024).
Baca juga : Setelah 17 Tahun, Suku Bunga Acuan Jepang Naik!
Menurut Tamura, di Jepang, tanggung jawab pekerjaan yang lebih besar tidak berarti mendapatkan gaji yang lebih banyak.
“Inilah alasan saya merasa jauh lebih bahagia setelah menolak promosi besar,” paparnya.
Seringkali di Jepang, semakin lambat Anda naik jabatan, maka semakin besar penghasilan yang sebenarnya Anda miliki.
Banyak karyawan yang mendapat upah lembur, sedangkan manajernya tidak. Mereka tidak ingin mengorbankan keluarga dan waktu luang mereka untuk bekerja lebih banyak demi uang yang lebih sedikit.
Baca juga : Pemerintah Jepang Akan Perluas Beasiswa untuk Mahasiswa Asing
“Tujuh tahun yang lalu, saya bekerja di sebuah perusahaan kesehatan di Tokyo dan sedang bersiap untuk promosi. Saat itu saya baru mengetahui bahwa saya dibayar terlalu rendah untuk posisi saya. Tetapi bahkan jika naik jabatan pun, gaji saya tidak akan setara dengan manajer lainnya. Jadi saya menolaknya,” paparnya.
Berbeda dengan banyak perusahaan di negara lain, sebagian besar tempat kerja di Jepang dikelola dengan sistem senioritas dalam hal kompensasi dan kenaikan gaji. Karyawan baru menjadi manajer ketika mereka mencapai usia pertengahan 40-an, tidak peduli seberapa keras mereka bekerja.
Dikutip dari CNBCIndonesia