NIINDO – Orang-orang yang menghadiri sebuah simposium di Tokyo pada Sabtu (23/03/2024) membahas kerusakan yang disebabkan oleh bom, uji coba, dan kecelakaan nuklir. Tahun ini menandai 70 tahun sejak uji coba bom hidrogen Amerika Serikat (AS) di Atol Bikini di Samudra Pasifik.
AS melakukan uji coba di atol itu, yang merupakan bagian dari Kepulauan Marshall itu pada tahun 1954. Dua puluh tiga awak kapal penangkap ikan tuna Jepang, Daigo Fukuryu Maru, dan lainnya terpapar radiasi.
Para ahli dan penyintas bom atom memberikan presentasi pada acara tersebut. Simposium ini diselenggarakan oleh Nuclear-Free World Foundation, sebuah organisasi swasta di Jepang.
Profesor Universitas Meisei Takemine Seiichiro melakukan penelitian di Kepulauan Marshall. Dalam ceramahnya, beliau menyampaikan bahwa uji coba nuklir tidak hanya berdampak pada tubuh manusia. Ia mengatakan uji coba itu menghancurkan daerah sekitar dan lingkungan. Takemine menambahkan, uji coba nuklir juga menyebabkan hilangnya budaya.
Baca juga : Festival Tiram Diadakan untuk Dukung Kota yang Dilanda Gempa di Ishikawa
Tomonaga Masao, seorang dokter berusia 80 tahun dan penyintas bom atom Nagasaki tahun 1945, menghadiri diskusi panel.
Ia menyambut baik diskusi internasional yang sedang berlangsung mengenai pembentukan dana yang bertujuan untuk mendukung para korban dan upaya memulihkan daerah yang terkena dampak uji coba nuklir. Diskusi tersebut diadakan dalam pertemuan Negara-Negara Pihak pada Pakta Pelarangan Senjata Nuklir.
Tomonaga mengatakan kerangka kerja skala besar perlu disusun agar dukungan tersebut dapat diberikan di seluruh dunia.
Dikutip dari NHK WORLD JAPAN