Beranda » Konsumsi Rumah Tangga Jepang Akhirnya Meningkat Juga, Tanda Apa?

Konsumsi Rumah Tangga Jepang Akhirnya Meningkat Juga, Tanda Apa?

NIINDO – Belanja rumah tangga Jepang naik pada April untuk pertama kalinya dalam 14 bulan. Hal ini ditunjukan dari data yang dirilis Biro Statistik Jepang, Jumat (7/6/2024).

Angka tersebut naik 0,5% dibandingkan tahun lalu menjadi 313.300 yen atau setara Rp 32,6 juta karena upah tumbuh pada laju tercepat dalam tiga dekade. Secara rinci, banyak pengeluaran dibelanjakan untuk pendidikan, pakaian dan transportasi, termasuk mobil.

Kelompok bisnis terbesar di Jepang, Keidanren, bulan lalu menyebutkan tingkat kenaikan upah di antara perusahaan-perusahaan besar sebesar 5,58%. Ini merupakan kenaikan hingga 5% pertama dalam 33 tahun terakhir.

Dengan kenaikan tersebut, perhatian kini tertuju pada keputusan Bank Sentral Jepang (BoJ) pada minggu depan, yang pada bulan Maret menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak tahun 2007. Lembaga itu sendiri telah mengindikasikan akan mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgarnya.

Baca juga : Bandara Narita Akan Buka Mega Terminal pada Awal 2030-an

Pertumbuhan upah adalah bagian penting dari strategi BoJ karena menargetkan inflasi yang didorong oleh permintaan sebesar 2%. Pada bulan April, laju inflasi Jepang telah berada di level 2,2% karena turunnya tagihan bahan bakar.

“Meskipun pertumbuhan upah tidak bisa mengimbangi kenaikan harga, diperkirakan belanja konsumen akan meningkat seiring dengan membaiknya lapangan kerja dan pendapatan,” kata juru bicara pemerintah, Yoshimasa Hayashi, kepada AFP.

Kebijakan moneter BoJ yang sangat longgar dan sudah berjalan lama dirancang untuk menghilangkan stagnasi dan deflasi di negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia tersebut. Namun hal ini menjadikan bank sentral tersebut secara agresif meningkatkan biaya pinjaman untuk mengatasi inflasi yang sangat tinggi.

Analis UBS, Masamichi Adachi dan Go Kurihara, mengatakan bahwa prospek konsumsi terlihat cukup baik di Jepang lantaran adanya pertumbuhan upah nominal. Hal ini kemungkinan besar akan membuat BoJ mengambil langkah pengetatan baru dalam pertemuan pekan depan.

“Tanpa perubahan kebijakan apa pun, kritik publik terhadap Bank Dunia akan meningkat,” tambah mereka.

Dikutip dari CNBC Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.